Legenda Roro Jonggrang

 

Legenda Roro Jonggrang

Legenda Roro Jonggrang

Di sebuah kerajaan kuno bernama Prambanan, hidup seorang putri yang sangat cantik bernama Roro Jonggrang. Dia adalah putri Raja Prabu Baka, yang terkenal karena kecantikannya hingga kabarnya tersebar ke berbagai negeri. Pada masa itu, datanglah seorang pangeran gagah bernama Bandung Bondowoso dari kerajaan tetangga, yang berniat menaklukkan Prambanan.

Dengan kekuatan supranaturalnya, Bandung Bondowoso berhasil mengalahkan Prabu Baka dan merebut kerajaan Prambanan. Ketika bertemu Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso terpesona oleh kecantikan sang putri dan segera melamarnya. Namun, Roro Jonggrang tidak ingin menikah dengan pria yang telah menghancurkan ayah dan kerajaannya. Meski demikian, dia menyadari bahwa menolak lamaran tersebut bisa membawa bencana bagi kerajaannya.

Untuk menghindari pernikahan itu, Roro Jonggrang membuat syarat yang hampir mustahil: Bandung Bondowoso harus membangun seribu candi dalam semalam. Pangeran yang sakti itu menyanggupi tantangan tersebut. Dengan bantuan pasukan jin yang dipanggilnya, Bandung Bondowoso mulai membangun candi satu per satu dengan cepat.

Melihat jumlah candi yang hampir mencapai seribu, Roro Jonggrang mulai panik. Dia berpikir keras dan mencari cara untuk menggagalkan upaya tersebut. Akhirnya, dia meminta bantuan para wanita di desa untuk membakar jerami dan menumbuk padi, sehingga seolah-olah pagi telah tiba. Cahaya dari api dan suara orang-orang menumbuk padi membuat pasukan jin mengira hari sudah fajar. Mereka pun meninggalkan pekerjaan mereka sebelum menyelesaikan candi yang keseribu.

Bandung Bondowoso sangat marah ketika menyadari bahwa dirinya telah ditipu. Dalam kemarahan yang mendalam, dia mengutuk Roro Jonggrang menjadi batu untuk melengkapi candi yang keseribu. Roro Jonggrang pun berubah menjadi arca batu yang hingga kini masih bisa ditemukan di Candi Prambanan sebagai lambang keangkuhan dan cinta yang berakhir tragis.

Pesan Moral:

Cerita ini mengajarkan tentang konsekuensi dari tipu daya dan rasa angkuh. Selain itu, legenda ini juga memperlihatkan bagaimana cinta dan keadilan sering kali memiliki jalan yang berliku.

0 comments:

Posting Komentar