Induk Berang-berang Menuntut Keadilan

 

Induk Berang-berang Menuntut Keadilan

Induk Berang-berang Menuntut Keadilan

Pada suatu masa, ketika semua hewan bisa berbicara, hiduplah seekor Berang-berang di tepi sebuah sungai yang tenang. Rumahnya terletak di bawah batang pohon besar yang tumbang. Suatu hari, seekor Kijang datang ke dekat rumah Berang-berang, mencari makan di sekitar situ.

Di tempat lain, Burung Pelatuk berjaga di atas dahan tinggi, mengamati keadaan di seluruh hutan. Saat melihat ke arah sungai, ia melihat Ikan Baung yang bergerak dengan membawa senjata kecil. Khawatir akan terjadi keributan, Burung Pelatuk pun memukul genderang tanda bahaya.

Suara genderang tersebut membuat Kijang terkejut, sehingga tanpa sengaja menginjak anak Berang-berang yang sedang bermain di dekat rumahnya. Anak Berang-berang pun mati. Penuh kesedihan, Induk Berang-berang memutuskan untuk menuntut keadilan atas kematian anaknya.

Induk Berang-berang pun menemui Kijang. "Kijang, kenapa kamu sampai menginjak anakku?" tanyanya.

"Itu bukan salahku," jawab Kijang. "Aku terkejut mendengar genderang yang ditabuh Burung Pelatuk. Kalau bukan karena suara itu, aku tak mungkin melukainya."

Tak puas dengan jawaban Kijang, Induk Berang-berang pergi ke Raja Hutan, yaitu Singa, untuk mengadukan masalah ini. Setelah mendengar pengaduan Induk Berang-berang, Singa memanggil Kijang untuk dimintai keterangan.

"Kenapa kau menginjak anak Berang-berang?" tanya Singa.

"Maaf, Tuanku, bukan maksud saya melakukannya. Itu terjadi karena saya kaget mendengar genderang yang ditabuh Burung Pelatuk," jawab Kijang.

Raja Singa lalu memanggil Burung Pelatuk dan bertanya, "Mengapa kamu membunyikan genderang, padahal hutan ini damai?"

"Saya melihat Ikan Baung membawa senjata di sungai, Tuanku. Saya khawatir mereka hendak memulai perkelahian," jelas Burung Pelatuk.

Ikan Baung pun dipanggil untuk menjelaskan alasan membawa senjata. "Kami berjaga-jaga karena melihat Kepiting berjalan mengendap-endap, tampak mencurigakan," kata Ikan Baung.

Setelah itu, Kepiting dipanggil. "Saya berjalan seperti itu karena penasaran pada Siput yang selalu membawa rumahnya ke mana pun pergi," jawab Kepiting.

Siput, yang akhirnya juga dipanggil, berkata, "Saya membawa rumah saya ke mana-mana karena khawatir Kunang-Kunang dengan apinya akan membakar rumah saya."

Terakhir, Kunang-Kunang pun menghadap. "Kami membawa api untuk menerangi jalan karena takut terjebak dalam jaring Laba-laba," jelas Kunang-Kunang.

Laba-laba pun memberikan alasannya. "Kami membutuhkan jaring untuk menangkap makanan, Tuanku. Itu cara kami untuk bertahan hidup," katanya.

Setelah mendengar semua penjelasan, Raja Singa menyadari bahwa setiap hewan bertindak berdasarkan rasa takut dan kebutuhan masing-masing. Tidak ada satu pun yang benar-benar bersalah. Maka, Raja meminta Induk Berang-berang untuk mengikhlaskan kejadian ini dan mengingatkan semua hewan agar tidak saling menyalahkan. Dengan demikian, mereka dapat hidup kembali dengan damai di hutan.

0 comments:

Posting Komentar