Rahasia Kuno di Pegunungan Himalaya Episode 2: "Makhluk dalam Bayang-Bayang"
Tim ekspedisi akhirnya berdiri di depan pintu besar Kuil Awan Hitam. Kuil ini terlihat tua dan megah, penuh ukiran yang aneh dan simbol-simbol kuno yang bahkan Dr. Maya, seorang antropolog, tidak bisa mengenalinya. Kabut tebal yang melingkupi area sekitar menciptakan atmosfer yang mencekam, dan seolah-olah kuil ini berada di dunia yang berbeda dari tempat mereka berdiri. Langit mulai gelap, dan hawa dingin yang menyelusup semakin memperburuk perasaan tim.
Memasuki Kuil Awan Hitam
Saat mereka mendorong pintu batu besar untuk masuk, suara berderit keras bergema, menggema di sepanjang lorong-lorong gelap kuil. Di dalam, mereka melihat ruangan yang luas dengan pilar-pilar batu yang menjulang, dihiasi dengan ukiran dan lukisan dinding yang rumit. Ukiran-ukiran ini menggambarkan makhluk besar berbulu yang bertarung dengan manusia-manusia kecil, serta sosok-sosok aneh yang sepertinya adalah dewa-dewi pegunungan.
Dr. Sanjay, ahli geologi dalam tim, mendekati ukiran-ukiran ini dengan hati-hati. “Ini seperti peninggalan dari peradaban kuno yang belum pernah terdokumentasi. Apa pun itu, tempat ini memiliki nilai sejarah yang luar biasa,” ujarnya dengan kagum. Namun, Arjun tetap cemas. “Ini bukan tempat untuk manusia. Kita harus cepat pergi,” katanya sambil menggenggam jimat yang diberikan tetua desa.
Di tengah ruangan, mereka melihat sebuah altar besar yang terbuat dari batu hitam. Di atas altar tersebut, terdapat patung berukuran besar, menyerupai makhluk berbulu dengan gigi taring yang panjang dan tatapan mata yang kosong. “Ini… mungkin gambaran Yeti Hitam,” gumam Dr. Maya sambil melihat patung tersebut dengan hati-hati.
Penemuan Jejak Tangan di Dinding
Sambil mengelilingi ruangan, Tommy menemukan sesuatu yang aneh di salah satu dinding. Terdapat jejak tangan berukuran besar yang tertempel di sana. Jejak tangan itu berbeda dari ukuran manusia, dengan jari-jari panjang yang melengkung, tampak seperti tangan hewan besar. Namun, jejak itu terlihat baru, seolah-olah makhluk itu baru saja meninggalkan ruangan ini.
“Ini tidak mungkin… apakah mungkin ada sesuatu yang masih hidup di sini?” tanya Tommy dengan nada tegang. Dr. Maya menenangkan semua orang, tetapi tidak bisa menutupi perasaan takutnya sendiri. Ia mencoba berpikir positif, meski dalam hatinya ia tahu, kehadiran jejak tangan ini bukanlah pertanda baik.
Arjun mengingatkan mereka bahwa di legenda kuno, Yeti Hitam adalah makhluk pelindung yang setia menjaga kuil dari para penyusup. Makhluk ini digambarkan sebagai sosok besar yang akan muncul hanya jika kuil ini “terganggu” oleh manusia. Dr. Maya, meskipun merasa cemas, tetap ingin melanjutkan penelitian di dalam kuil. “Ini mungkin kesempatan satu-satunya dalam hidup kita untuk mengungkap misteri ini,” ujarnya, setengah berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
Lorong Labirin dan Simbol Kuno
Setelah mengamati altar dan patung besar itu, mereka menemukan sebuah lorong sempit di sisi lain ruangan yang sepertinya membawa mereka lebih jauh ke dalam kuil. Lorong ini berkelok-kelok dan gelap, dengan simbol-simbol aneh yang diukir di dinding. Beberapa simbol tampak seperti tulisan kuno, sedangkan yang lain menyerupai gambar mata, jejak kaki besar, dan ukiran wajah manusia yang terlihat ketakutan.
Dr. Sanjay mencoba mencatat beberapa simbol tersebut. “Ini bisa jadi kunci untuk memahami budaya atau kepercayaan dari orang-orang yang membangun tempat ini,” katanya penuh semangat. Dr. Maya membantu menafsirkan simbol-simbol ini, dan mereka menyadari bahwa sebagian besar gambar menceritakan tentang makhluk besar yang menghukum manusia yang berani masuk ke wilayahnya.
Di tengah lorong, mereka menemukan sebuah pintu batu kecil dengan gambar seekor mata besar yang terukir di tengah-tengahnya. “Ini mungkin jalan masuk ke ruangan terdalam dari kuil,” ujar Dr. Maya. Namun, saat mereka mencoba membuka pintu itu, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari belakang mereka. Gemuruh itu diikuti oleh langkah kaki berat yang bergema di sepanjang lorong.
Tanda-Tanda Kehadiran Yeti Hitam
Langkah kaki berat itu semakin mendekat. Setiap anggota tim merasakan degup jantung mereka yang semakin cepat, sementara suara gemuruh itu menjadi semakin keras dan dekat. Arjun, yang tampak sangat ketakutan, berbisik, “Yeti Hitam… dia ada di sini.”
Tiba-tiba, mereka merasakan hembusan angin dingin yang tajam dan kabut mulai memenuhi lorong. Di ujung kabut itu, mereka melihat sosok besar yang bergerak perlahan ke arah mereka. Sosok itu berbulu lebat, dengan mata merah menyala yang menatap tajam ke arah mereka. Dalam sekejap, Tommy, yang merasa yakin bisa menghadapi apa pun, langsung mundur ketakutan.
“Apa itu?” bisik Tommy, suaranya penuh ketakutan. Sosok besar itu bergerak semakin dekat, dan hanya dalam jarak beberapa meter dari mereka, sosok itu tiba-tiba menghilang, seolah tertelan kabut. Semua orang terdiam, tetapi perasaan takut tidak berkurang.
Arjun berbisik, “Kita harus segera pergi dari sini. Makhluk itu hanya memberi kita peringatan pertama. Jika kita tetap tinggal, kita akan melihatnya dalam bentuknya yang sebenarnya.”
Penemuan Ruangan Ritual
Meski ketakutan, Dr. Maya tetap ingin melanjutkan eksplorasi. Setelah melalui lorong yang berkelok-kelok, mereka tiba di ruangan yang lebih luas, dipenuhi dengan alat-alat ritual kuno dan tengkorak-tengkorak kecil yang ditempatkan dalam barisan di sepanjang dinding. Di tengah ruangan, mereka menemukan sebuah lingkaran batu dengan simbol mata besar yang terlihat seperti altar tempat ritual tertentu dilakukan.
Dr. Sanjay menyadari bahwa tempat ini mungkin adalah ruang persembahan yang digunakan untuk menghormati makhluk pelindung kuil. Namun, tengkorak-tengkorak yang tersusun di sekitar altar membuat mereka semakin ngeri, terutama karena beberapa tengkorak tampak seperti milik manusia. “Tempat ini… mungkin digunakan untuk persembahan manusia,” kata Dr. Maya, wajahnya penuh ketakutan.
Sementara mereka mengamati lingkaran ritual tersebut, mereka mendengar lagi suara langkah berat, kali ini semakin keras. Semua orang segera menoleh dan melihat sosok bayangan besar yang muncul di lorong. Kali ini, makhluk itu berdiri tegak di sana, memperlihatkan tubuhnya yang besar dan berbulu, serta mata merah yang menatap mereka penuh amarah.
Melarikan Diri dari Kuil
Mengetahui bahwa makhluk itu semakin mendekat, Tommy mengambil inisiatif untuk membawa semua orang keluar dari kuil. Mereka berlari menyusuri lorong yang berliku, tetapi kabut tebal dan suasana mencekam membuat pelarian mereka semakin sulit. Teriakan dan suara napas yang memburu memenuhi lorong-lorong, dan sesekali mereka mendengar gemuruh dari belakang mereka.
Sampai akhirnya mereka berhasil mencapai pintu keluar kuil. Namun, sebelum benar-benar melarikan diri, Dr. Maya menoleh dan melihat sosok makhluk itu sekali lagi. Makhluk itu tidak mengejar mereka keluar, tetapi berdiri di ambang pintu kuil, seolah-olah memperingatkan bahwa mereka tidak boleh kembali.
Mereka berlari sejauh mungkin dari kuil, hingga mereka merasa aman untuk berhenti. Napas mereka terengah-engah, dan masing-masing masih tertegun dengan apa yang baru saja mereka lihat.
0 comments:
Posting Komentar