Cerita Ande-Ande Lumut

 

Cerita Ande-Ande Lumut

Di sebuah desa yang dikelilingi hijaunya sawah dan luasnya cakrawala, tinggallah seorang pemuda tampan dan bijaksana bernama Ande-Ande Lumut. Dia bukan pemuda biasa, meskipun penampilannya sederhana, hatinya penuh ketulusan. Ande-Ande Lumut tinggal di rumah sederhana bersama seorang ibu angkat, seorang wanita tua yang penuh cinta dan perhatian. Ibu itu, seperti embun pagi yang membasuh daun, melindungi Ande-Ande dengan segenap jiwanya, seperti angin lembut yang menyelubungi bunga.

Perjalanan Gadis-Gadis Desa

Di desa itu, tersiar kabar tentang pencarian Ande-Ande Lumut terhadap gadis yang tulus dan penuh cinta. Kabar ini menyebar seperti angin yang berhembus cepat, merasuk ke hati setiap gadis di desa, memanggil mereka untuk datang menguji keberanian dan ketulusan cinta mereka. Ande-Ande Lumut menjadi sosok misterius, menarik dan memikat, seperti bintang di kegelapan malam yang terpancar indah namun tak terjangkau.

Di antara para gadis itu, ada empat saudara yang cantik seperti bunga, tetapi hati mereka gelap seperti malam tanpa bulan. Gadis-gadis itu adalah Kleting Abang, Kleting Ijo, Kleting Biru, dan Kleting Merah. Mereka mendengar tentang Ande-Ande Lumut dan memutuskan untuk memenangkan hatinya, tetapi bukan dengan ketulusan. Mereka berharap memikatnya dengan kecantikan dan kemewahan, bukan dengan cinta sejati.

Pertemuan dengan Lutung Kasarung

Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan seorang raksasa menjijikkan, Lutung Kasarung, yang menguasai sungai deras yang memisahkan desa mereka dengan desa Ande-Ande Lumut. Air sungai bergemuruh, penuh tenaga, seolah mengaum, memperingatkan semua yang ingin melintasinya. Raksasa itu berkata, “Jika ingin menyeberangi sungai ini, kalian harus bersedia membayar dengan kecantikan dan kesediaan kalian. Menyerah pada kehendakku atau berbalik arah.”

Tanpa ragu, Kleting Abang, Kleting Ijo, Kleting Biru, dan Kleting Merah setuju untuk menyerahkan kehormatan mereka agar bisa menyeberang. Raksasa itu tersenyum puas, seperti kegelapan yang menyelimuti cahaya terang, dan mereka pun berhasil menyeberang. Namun, dalam hati mereka tak ada sedikit pun penyesalan atas harga diri yang telah mereka gadaikan.

Kemunculan Kleting Kuning

Tak lama kemudian, seorang gadis lain tiba. Dia adalah Kleting Kuning, adik dari keempat saudara itu, gadis sederhana dan berhati lembut seperti sinar pagi yang membelai bumi dengan hangat. Kleting Kuning berbeda dari kakak-kakaknya. Dia menolak keras untuk menuruti kehendak Lutung Kasarung dan lebih memilih untuk mencari jalan lain.

Dengan hati teguh, Kleting Kuning mengalirkan doa penuh harap, dan air sungai yang tadinya deras pun tiba-tiba tenang, membuka jalannya dengan penuh penghormatan. Sungai seolah berkata, “Engkau layak untuk melintasi aku tanpa mengorbankan harga dirimu.” Dengan anggun, Kleting Kuning menyeberang tanpa penyesalan atau keraguan.

Akhir Perjalanan dan Pertemuan dengan Ande-Ande Lumut

Akhirnya, keempat saudara dan Kleting Kuning tiba di rumah Ande-Ande Lumut. Ketika Ande-Ande Lumut mendengar kisah mereka tentang Lutung Kasarung, dia dengan tenang berkata, “Kebaikan dan kesucian hati lebih mahal daripada kecantikan yang kalian banggakan. Kepada yang mempertahankan kemurnian hati dan kehormatannya, aku bersedia membuka hati.”

Mendengar kata-kata itu, para kakak menundukkan wajah dengan penuh malu. Hati mereka yang keras seperti batu tak lagi memiliki kilauan. Mereka berlalu, meninggalkan Kleting Kuning yang tetap berdiri tegar, tanpa pamrih. Ande-Ande Lumut melihat Kleting Kuning dengan tatapan penuh haru. Bunga yang telah mekar dalam hatinya kini menemukan embun yang sempurna untuk merawatnya.

Di bawah langit biru, mereka bersatu, bukan karena kemewahan atau tipu muslihat, melainkan karena ketulusan yang mengalir seperti sungai, membawa mereka pada cinta yang sejati.

0 comments:

Posting Komentar